×

Singo Ulung

By
Advertisement


“Ronteg Singo Ulung” merupakan kesenian tradisi dari Kabupaten Bondowoso Jawa Timur, sebetulnya berasal dari upacara adat yang telah dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sangat atraktif. Seni Pertunjukan ini lebih mengedepankan atraksi “tiga singa” yang masing-masing di dalamnya terdapat dua anak manusia, mirip Barongsai. Gerakan-gerakan singa yang akrobatik, keluar dari arena panggung, memunculkan kejutan-kejutan, mampu mempesona penonton.
Tarian Singo yang menarik itu dibawakan dua pemain yang secara bersama-sama dibungkus rapat menjadi satu tubuh singa berbulu putih, seolah-olah menjadi binatang singa yang sesungguhnya.Pertunjukan diawali dengan rombongan pemain melakukan prosesi sesaji yang datang dari arah belakang penonton.
Seorang tokoh adat berpakaian dan bersorban putih membawa dupa yang dibakar, asapnya mengepul sehingga menghadirkan suasana magis. Dua ekor (kostum) singa putih yang masih belum dikenakan ikut serta dalam prosesi tersebut.
Rombongan naik ke panggung, empat orang pemain Ojung berpakaian hitam-hitam, saling berhadapan dalam posisi jongkok dengan satu lutut di lantai. Keempat tangkai rotan yang dibawanya dipertemukan di tengah. Sementara tokoh adat tadi menuju ke beberapa sudut panggung, menyebarkan dupa ke berbagai arah, kemudian menuju ke para pemain Ojung, dan melakukan hal yang sama. Pemain yang lain, jalan mengelilingi pemain Ojung itu.
Semua pemain masuk, kecuali keempat pemain Ojung. Mereka lantas melemparkan tongkatnya ke belakang, menari, mengambil lagi tongkat rotan dan saling bertarung sepasang-sepasang. Dalam praktek di lapangan aslinya, ini adalah tarian minta hujan. Mereka saling memukul tubuh lawannya, sampai mengeluarkan darah, menetes ke tanah, sebagai sebuah persembahan buat bumi. (Di sejumlah daerah tarian ini juga ada, misalnya di Mojokerto, yang juga dimaksudkan sebagai ritual mengharapkan hujan turun.)
Usai Tarian Ojung, muncullah seorang penari topeng yang menari tunggal Topeng Kona untuk beberapa lama. Dalam kisahnya, dia adalah tokoh bernama Juk Seng, tokoh sakti yang memiliki kekuatan supranatural sehingga bisa bersahabat dengan singa. Kemudian muncullah penari waria (pria berdandan wanita) duet sebentar, lalu menari sendiri. Kemunculan penari yang satu ini agaknya untuk menghibur penonton, karena meski dia berdendang (ngidung) namun kehadirannya lebih dimaksudkan untuk lucu-lucuan (humor).
Sementara itu, pelan-pelan dari arah belakang panggung muncul seekor singa putih, matanya bercahaya, berjalan pelan menuju sebuah kotak di sudut belakang panggung. Singa itu dengan langkah tenang naik ke atas kotak tersebut. Duduk dan bergerak sedikit namun penuh wibawa, kepalanya bergeleng pelan, matanya terus memancarkan sinar. Penari waria menghadap singa, mencoba bercanda, dan akhirnya masuk panggung.
Dalam waktu bersamaan, dua ekor singa muncul dari arah samping panggung, masing-masing dengan pengawalnya. Seekor singa melakukan gerakan akrobat, berguling-guling, dua buah singa yang lain menyambut dengan gerakan perlawanan. Namun ketiganya kemudian bergabung saling tindih tubuh seperti akrobat cheer leaders. Kemudian muncullah beberapa anak kecil, membawa bingkisan ke sudut panggung, namun salah satu singa “menggigit” anak itu, dibawa dengan giginya, sampai dilepaskan kembali oleh pengawal.
Musik semakin gaduh, satu persatu singa turun ke arah penonton yang lantas menjerit-jerit, terutama anak-anak dan kaum perempuan. Namun singa-singa itu hanya mengambil bungkusan tape dengan giginya, kemudian diberikan pada tamu kehormatan. Kehadiran singa-singa ke dekat penonton ini betul-betul membuat suasana sangat gaduh, mereka seperti takut, namun salut dan memberikan tepuk tangan meriah. Sampai kemudian tiga singa itu kembali naik panggung.
Terjadilah pertarungan seru antartiga singa tersebut. Di sinilah klimaks dari pertunjukan Ronteg Singo Ulung tersebut. Musik semakin bergemuruh, lengkingan terompet menyayat-nyayat, gerakan-gerakan singa semakin akrobatik sehingga penonton dibuat terkesima. Empat orang pengawal yang sejak tadi berusaha mengendalikan kebringasan singa-singa tersebut agak kewalahan, meski akhirnya mampu menghentikan pertarungan. Sampai di sini, pertunjukan Rontek Singo Ulung usai. Tiga singa, diapit 4 pengawal, semua pemain keluar lagi, berdiri berjajar, memberi hormat penonton.
Menarik bukan? :D